THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Wednesday, December 30, 2009

Genom: Kisah Spesies Manusia (Matt Ridley)

Ada sebuah gen pada kromosom 10 yang diberi nama CYP17. Gen ini membuat sebuah enzim yang memungkinkan tubuh mengubah kolestrol menjadi kortisol, testosteron, dan estradiol. Kortisol memadukan tubuh dan pikiran dengan mengubah-ubah konfigurasi otak. Kortisol mengganggu sistem kekebalan, mengubah kepekaan telinga, hidung, dan mata, serta mengubah fungsi-fungsi tubuh. Ketika banyak kortisol berkeliaran di pembuluh darah maka pada saat itu disebut stress

pemicu jangka pendek:
menyebabkan kenaikan kadar epinefrin dan norepinefrin (hormon-hormon yang membuat denyut jantung lebih kencang dan kaki menjadi dingin) hormon-hormon ini menyiapkan tubuh untuk "melawan atau lari (fight or fly)" dalam situasi darurat.

pemicu stress jangka lama:
mengaktifkan pintasan berbbeda yang menyebabkan peningkatan kortisol secara jauh lebih lambat tetapi terus-menerus. Salah satu pengaruh kortisol adalah gangguan terhadap fungsi kekebalan. Efek kortisol adalah mnegurangi aktivitas, jumlah, dan masa hidup limfosit (sel-sel darah putih) misalnya, orang yang sedang menyiapkan diri dalam ujian, menunjukkan gejala-gejala stress, lebih berpeluang menderita pilek dan infeksi-infeksi lain.

Kortisol melakukannya dengan mengaktifkan gen. Kortisol hanya mengaktifkan gen-gen dalam sel-sel yang memiliki reseptor kortisol yang sebelumnya telah diaktifkan oleh beberapa pemicu lain. Gen-gen yang mereka aktifkan kebanyakan mengaktifkan lagi gen-gen lain dan kadang-kadang gen-gen tersebut pada gilirannya juga mengaktifkan gen-gen lain. Begitu seterusnya. Akan tetapi, kortisol pada awalnya hanya diproduksi karena ada serangkaian gen yang teraktifkan di korteks adrenal untuk membuat enzim-enzim yang diperlukan untuk pembuatan kortisol (CYP17). Dalam keadaan stress, tidak ada yang paling berkuasa. Memang pengaktifan gen-gen merupakan pangkal proses genetik. Akan tetapi, gen bukan penyebab stres. Karena informasi tidak mebuat laporan langsung kepada gen. Maka otaklah yang memroses informasi tersebut. Tatapi, otak adalah bagian dari tubuh. Alasan hipotalamus merangsang kelenjar hipofisa yang pada gilirannya merangsang korteks adrenal bukan karena otak menyetel sistem sehingga pikiran tentang lingkungan. Jadu, tidak ada yang paling berkuasa jika sebuah penyakit memengaruhi otak dan mengubah suasana hatu penyebabnya adalah tubuh, tetapi gejala psikologis.

Wednesday, April 15, 2009

Remaja Labil

Mengapa Remaja Cenderung Labil?

CALIFORNIA - Remaja dikenal egois, gegabah dan mudah tersinggung. Hal ini dikarenakan otak mereka berkembang lebih lambat dari tubuhnya.


Pernyataan ini bukan sekedar isapan jempol belaka namun telah dibuktikan oleh para ilmuwan di Maryland. Menurut penelitian tersebut, keadaan emosi yang tidak stabil ini pun terjadi karena ketidaknyamanan karakteristik hormon keremajaan yang masih terus berkembang.


Jay Giedd, dari National Institute of Mental Health di Bethesda, Maryland, meneliti psikologis 400 anak dengan mengamati perkembangan karakter mereka setiap dua tahun sekali.

"Ketika anak-anak itu memasuki fase remaja, peneliti menemukan hal yang berpengaruh pada psikologis mereka yang disebut 'brain pruning' yang menyebabkan anak-anak kehilangan satu persen bagian grey matter pada otak setiap tahunnya, hingga usia mereka mencapai 20," ujar Giedd yang dilansir Telegraph, Senin (6/8/2009).

Kondisi ini menggangu koneksi syaraf memproduksi hormon perkembangan anak secara berlebihan, hal ini dimulai dari otak di bagian sensor dasar dan motor area.

Proses pendewasaan ini pun diikuti oleh perkembangan pada kecakapan berbahasa serta tingkat kewaspadaan spasial yang berkontribusi membantu fungsi otak besar.

Sementara itu bagian cuping depan otak, berfungsi mengontrol rangsangan, kemampuan mengadakan penilaian serta membuat keputusan. Daerah ini pun mengontrol dan memproses informasi emosional yang dikirimkan dari amygdala, inilah yang pada akhirnya menyebabkan kelabilan pada psikologis remaja. (srn)